Renovasi TMII dilakukan sebagai bagian dari percepatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur untuk mendukung penyelenggaraan acara internasional dan merupakan bagian dari penugasan khusus Presiden Jokowi, seperti yang diatur dalam Perpres Nomor 116 Tahun 2021 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Unit Penyelenggara Acara Internasional di Provinsi Bali, DKI Jakarta, NTB dan NTT.
Sebagaimana diketahui, per 1 Juli 2021 lalu, pengelolaan TMII telah diserahkan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) kepada PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC).
Sebagai Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) menargetkan revitalisasi TMII akan berlangsung hingga Oktober 2022 mendatang dan pengembangan TMII dipastikan akan lebih baik dari sebelumnya tanpa menghilangkan identitas, karakter, kebhinnekaan serta keindahan Indonesia.
TMII Baru ke depan akan diproyeksikan menampilkan keragaman dan kekayaan potensi budaya Indonesia serta sentuhan ide yang modern. Revitalisasi TMII juga akan bertransformasi menjadi The Ultimate Showcase of Indonesia dengan mengusung konsep Indonesia Opera.
Dalam rapat terbatas yang dihadiri Mensesneg, Direktur Utama InJourney, Direktur Utama PT TWC, Jajaran Pejabat PUPR, Sekretaris Kemensetneg dan peserta rapat lainnya, Menteri Sekretaris Negara memberikan arahan agar revitalisasi TMII tetap memperhatikan aksesibilitas bagi seluruh kalangan masyarakat.
“Revitalisasi TMII ke depan harus menjadikan akses masyarakat semakin meluas untuk menikmati TMII dengan menerapkan harga tiket masuk yang terjangkau, menjembatani antara aksesibilitas dan kepentingan revenue stream-nya. Tentunya menjembatani inclusiveness tetapi juga efisien dan eksklusif itu untuk beberapa kelanjutan, ini tanah negara, rakyat harus dapat menikmati, ruang publik terbuka harus semakin banyak dan integrasi layanan publik transportasi untuk memudahkan pengunjung,” ujar Mensesneg.
Dalam paparannya, Yori Antar selaku Tim Perencana Revitalisasi TMII menjelaskan gagasan pengembangan TMII telah dibuat sebelumnya oleh Urban+ dan beberapa kontraktor serta arsitek in house dengan membagi TMII menjadi empat zona utama yang bertujuan mengembalikan soul dari Taman Mini.
Empat zona utama tersebut adalah zona klasik (zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Indonesia), zona archipelago (arsitektur nusantara tradisional), zona Indonesia modern (bangunan narasi keindonesiaan), dan zona jendela dunia (konsep botanical garden).
“Kami izin mengembalikan spirit dari Taman Mini, namanya juga taman jadi harus bernuansa hijau, bernuansa pohon, dan ini harus menjadi showcase Indonesia premium tapi di hari-hari biasa ini harus bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi ruang publik terbuka buat masyarakat, sekaligus di situ menjadi tempat pembelajaran, pembelajaran dengan narasi keindonesiaan,” ujar Yori.
Beberapa area yang direvitalisasi dan telah dimulai pengerjaannya antara lain perbaikan jalan kawasan TMII termasuk gerbang utama, perbaikan empat joglo (Sasono Utomo, Sasono Langen Budoyo, dan Sasono Adiguno), renovasi pulau-pulau di Danau Arsipel, membangun struktur lahan parkir, dan juga renovasi pada museum-museum yang ada di TMII.
Pada acara tersebut, Mensesneg juga berkesempatan melihat beberapa area proyek yang sedang dalam proses revitalisasi bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), beserta jajarannya, Wakil Menteri 2 BUMN, Direktur Utama PT TWC, Direktur Utama InJourney, Direktur Jenderal Cipta Karya serta Sekretaris Kemensetneg.
(DEW-Humas Kemensetneg)
TMII Baru ke depan akan diproyeksikan menampilkan keragaman dan kekayaan potensi budaya Indonesia serta sentuhan ide yang modern. Revitalisasi TMII juga akan bertransformasi menjadi The Ultimate Showcase of Indonesia dengan mengusung konsep Indonesia Opera.
Dalam rapat terbatas yang dihadiri Mensesneg, Direktur Utama InJourney, Direktur Utama PT TWC, Jajaran Pejabat PUPR, Sekretaris Kemensetneg dan peserta rapat lainnya, Menteri Sekretaris Negara memberikan arahan agar revitalisasi TMII tetap memperhatikan aksesibilitas bagi seluruh kalangan masyarakat.
“Revitalisasi TMII ke depan harus menjadikan akses masyarakat semakin meluas untuk menikmati TMII dengan menerapkan harga tiket masuk yang terjangkau, menjembatani antara aksesibilitas dan kepentingan revenue stream-nya. Tentunya menjembatani inclusiveness tetapi juga efisien dan eksklusif itu untuk beberapa kelanjutan, ini tanah negara, rakyat harus dapat menikmati, ruang publik terbuka harus semakin banyak dan integrasi layanan publik transportasi untuk memudahkan pengunjung,” ujar Mensesneg.
Dalam paparannya, Yori Antar selaku Tim Perencana Revitalisasi TMII menjelaskan gagasan pengembangan TMII telah dibuat sebelumnya oleh Urban+ dan beberapa kontraktor serta arsitek in house dengan membagi TMII menjadi empat zona utama yang bertujuan mengembalikan soul dari Taman Mini.
Empat zona utama tersebut adalah zona klasik (zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Indonesia), zona archipelago (arsitektur nusantara tradisional), zona Indonesia modern (bangunan narasi keindonesiaan), dan zona jendela dunia (konsep botanical garden).
“Kami izin mengembalikan spirit dari Taman Mini, namanya juga taman jadi harus bernuansa hijau, bernuansa pohon, dan ini harus menjadi showcase Indonesia premium tapi di hari-hari biasa ini harus bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi ruang publik terbuka buat masyarakat, sekaligus di situ menjadi tempat pembelajaran, pembelajaran dengan narasi keindonesiaan,” ujar Yori.
Beberapa area yang direvitalisasi dan telah dimulai pengerjaannya antara lain perbaikan jalan kawasan TMII termasuk gerbang utama, perbaikan empat joglo (Sasono Utomo, Sasono Langen Budoyo, dan Sasono Adiguno), renovasi pulau-pulau di Danau Arsipel, membangun struktur lahan parkir, dan juga renovasi pada museum-museum yang ada di TMII.
Pada acara tersebut, Mensesneg juga berkesempatan melihat beberapa area proyek yang sedang dalam proses revitalisasi bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), beserta jajarannya, Wakil Menteri 2 BUMN, Direktur Utama PT TWC, Direktur Utama InJourney, Direktur Jenderal Cipta Karya serta Sekretaris Kemensetneg.
(DEW-Humas Kemensetneg)